Tantangan Penyuluh di Era Digital

TANTANGAN PENYULUH 2022: PENYULUH  ITU BUKAN GURU NGAJI, BUKAN PULA  MUBALLIGH MAUPUN USTADZ

(Catatan Obsesi 87: Obrolan Seputar Penyuluh Agama Islam, oleh Bapak Amirullah (Bang Amir Amir) Subdit Penyuluh Agama Islam

1. Isu hangat terkini adalah soal penaikan Honor Penyuluh. Itu menyerap uang Negara yang tidak sedikit. Pertambahan honor penyuluh kelak mutlak harus diimbangi dengan peningkatan kapasitas penyuluh. Baik gaungnya di sektor offline terlebih lagi di sektor online, yang sangat diharap bisa menyesuaikan, karena era disrupsi kini telah tiba.

2. Lebih lanjut Bang Amir mengatakan: "Dalam berbagai survei-survei sederhana yang kami lakukan di lapangan, aksi penyuluh secara signifikan belum nampak sesuai yang diharapkan. Bahkan pada umumnya, masih banyak penyuluh yang menyembunyikan identitasnya sebagai penyuluh. 

Mereka tidak nyaman bila diketahui sebagai penyuluh. Lebih nyaman dengan ustadznya, gurunya, ngajarnya, dan lain-lain. Kami sedang berikhtiar untuk melobi ke berbagai stakeholder tentang kenaikan honor penyuluh.  

Tapi akan menjadi sebuah preseden yang buruk,  jika masih banyak para penyuluh yang tidak ingin diketahui sebagai penyuluh. Sementara para stakeholder dalam mempertimbangkan kenaikan honor tersebut, butuh mengetahui secara nyata apa kontribusi riil penyuluh  yang tampak untuk negara dan masyarakat. 

3. Kini dunia digital telah tiba, sangat diharapkan penyuluh bisa beradaptasi. Dalam survei kampanye Flayer Online yang dilakukan oleh Subdit penyuluh di bulan oktober 2021 kemarin , menemukan data bahwa, dari 50.000 lebih penyuluh, hanya ada sekitar 10.000-an yang memberikan sumbangsih di dunia digital dalam bentuk ikut kampanye flayer online. Selebihnya sekitar 40.000-an belum bisa ikut ambil bagian. 

Artinya, dalam hal kemampuan migrasi aksi penyuluh di dunia digital, baru sekitar 1/5 dari seluruh jumlah penyuluh yang bertebaran di berbagai propinsi Indonesia. Ini sungguh merupakan tantangan tersendiri yang harus perlu ditingkatkan lagi. Sehingga aktivitas penyuluh tidak lagi semata berbasis manual. Tapi penyuluh juga bisa eksis di berbagai medan, khususnya di ranah digital..

4. Tantangan terbesar penyuluh kini, baru tampak dalam hal sebagai pendakwah, ustadz/ustadza, Muballigh/Mubaligah, Dll. Namun Belum tampak sebagai "konsultan" pembawa pesan-pesan Negara dengan bahasa agama. 

Memang, sangat  diharapkan penyuluh harus memiliki ilmu agama yang memadai, namun  juga diharapkan bisa berfungsi sebagai konsultatif, edukatif, Informatif bahkan advokatif, terhadap pesan-pesan negara, dalam bahasa Agama. Sehingga nampak jelas benang merah yang menjadi pembeda  abadi, antara GURU NGAJI, MUBALLIG, USTADZ dan PENYULUH. 

Karena pada hakikatnya, penyuluh itu  BUKAN  GURU NGAJI. Bukan pula  MUBALLIGH, bukan pula USTADZ.  Tapi penyuluh itu Kombinasi dari ketiganya, plus kemampuan menyampaikan pesan-pesan negara, melalui bahasa agama.  Lalu dibalut  dengan 4 karakteristik mendasar  diatas, yang  lebih esensial dan Holistic,  sebagai positioning dan benag merahnya.  Tanpa itu, identitas penyuluh  hanya samar.... 

Demikian catatan yang kami tangkap dari arahan bapak Amirullah, mohon maaf jika ada yang kurang ataupun lebih. Menantang? Tentu... Tapi disitulah ladang pahalanya, sob. percayalah..!  

Terima kasih atas Pencerahannya pak Bang Amir Amir.  Semoga senantiasa menjadi  catatan pemantik, khususnya bagi diri pribadi dan para penyuluh Indonesia umumnya. menuju penyuluh yang lebih baik  lagi di 2022, Amin… Semoga...!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SHOLAWAT ‏KAMALIYAH ‎DAN ‎MANFAATNYA

Mahasiswa UNIRA Dongkrak Perekonomian Warga Dusun Sembon Kulon Ngajum

KKN-T KELOMPOK 2 UNIRA OLAH JAHE & KENCUR INSTANT